Berita

←   Kembali ke daftar berita Apa yang Perlu Kamu Tanyakan ke Dokter setelah Terdiagnosa Kanker Serviks

Apa yang Perlu Kamu Tanyakan ke Dokter setelah Terdiagnosa Kanker Serviks

Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Apabila telah terdeteksi menderita kanker serviks, apa yang selanjutnya harus dilakukan? Apa saja yang perlu ditanyakan pada dokter?

 

Seberapa parah kanker yang saya derita?

Tingkat keparahan kanker bergantung pada kondisi seberapa luas kanker menginvasi. Tingkat keparahan ini dikenal sebagai stadium. Stadium kanker ditentukan dengan menentukan derajat keparahan organ yang terkena kanker serta apakah kanker sudah menyebar ke organ lain (metastasis). Pemeriksaan pertama adalah menilai organ sekitar leher rahim, apakah kanker sudah menyebar, dengan melakukan biopsi. Dilakukan pula pemeriksaan rontgen dada untuk melihat apakah ada penyebaran ke paru-paru, serta pemeriksaan saluran kemih, untuk menilai apa kanker sudah menyebar ke saluran kemih sebagai organ terdekat dari leher rahim. Pemeriksaan pencitraan lain seperti CT Scan, MRI dan PET Scan juga dapat melihat penyebaran kanker lebih luas.

Sistem penentuan stadium pada kanker serviks disebut FIGO. Staging ini dinilai dari ukuran besar tumor, penyebaran ke kelenjar getah bening, dan penyebaran ke organ lain/metastasis. Semakin rendah stadium, semakin ringan penyakit dan semakin baik tingkat kesembuhan setelah pengobatan.

  • Stadium I: tumor hanya ada di daerah leher rahim, hanya seukuran mikroskopis atau jika terlihat paling besar 4 cm.
  • Stadium II: tumor sudah menginvasi hingga luar leher rahim namun tidak sampai ke dinding panggul atau vagina.
  • Stadium III: tumor menginvasi bagian bawah vagina, atau meluas ke dinding panggul, atau menyebabkan gangguan hingga pembengkakan ginjal.
  • Stadium IV: tumor sudah menginvasi panggul, rektum, hingga menyebar ke kelenjar getah bening.

 

Pengobatan apa yang akan saya jalankan?

Tatalaksana yang diberikan bergantung pada stadium yang diderita. Pengobatan juga dapat mempertimbangkan pada rencana pasien kedepannya apakah masih ingin hamil atau tidak. Pasien terlibat penuh akan keputusan yang diambil dari beberapa pilihan pengobatan yang dapat dijalankan. Seluruh keputusan pengobatan yang dijalankan bergantung pada stadium kanker, ketersediaan pengobatan dan preferensi pasien.

Pembedahan atau operasi menjadi salah satu pilihan pengobatan kanker serviks. Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat sel kanker. Terdapat beberapa jenis pembedahan bergantung besar lesi kanker, seperti histerektomi (rahim diangkat sepenuhnya) atau trakelektomi (hanya serviks yang diangkat, rahim tidak diangkat). Kelenjar getah bening pada sekitar serviks juga dapat diangkat.

Kemoradioterapi adalah kombinasi kemoterapi dan radioterapi. Kemoterapi akan menghancurkan sel kanker menggunakan obat-obatan. Kemoterapi juga menjadi tatalaksana pada kanker yang sudah menyebar/metastasis karena akan obat masuk keseluruh metabolisme tubuh. Sedangkan radioterapi adalah penggunaan radiasi pengion untuk merusak DNA sel kanker. Radioterapi lebih bersifat lokal pada lokasi kanker meski juga dapat mengobati gejala metastasis.

Selain kemoterapi, tatalaksana dengan obat juga dapat dilakukan terapi target. Obat pada terapi target memblokir sinyal sel kanker sehingga sel akan berhenti tumbuh. Obat juga akan menghambat pertumbuhan pembuluh darah sehingga sel kanker tidak mendapat asupan nutrisi dan akan mati.

 

Apa efek samping dari pengobatan kanker?

Efek samping dari pengobatan diklasifikasikan dalam skala 1-4 dimana semakin besar, efek samping semakin parah. Efek samping ini dapat ditangani maka saat sudah mengalaminya, segera laporkan pada dokter yang merawat. Efek samping yang sering muncul dapat berupa kelelahan, perdarahan vagina, pembengkakan kelenjar getah bening dan gejala metabolik lainnya.

Kelelahan menjadi gejala yang sering muncul akibat kanker maupun pengobatannya. Maka pasien perlu mengatur makanan yang diasup dan istirahat agar tidak mudah Lelah. Perubahan berat badan semakin memperberat kelelahan yang dialami, disertai kecemasan dan depresi pasien. Konsultasi kepada ahli gizi dapat meningkatkan kualitas hidup dengan saran diet yang sesuai.

Perdarahan vagina dapat terjadi setelah operasi. Beberapa juga mengalami masalah kandung kemih beberapa minggu setelah operasi. Pasien dapat melakukan latihan dasar panggul yang juga dapat mempengaruhi kepuasan seksual pasien yang juga dapat terganggu setelah operasi.

Pembengkakan kelenjar getah bening terutama pada kaki sering terjadi sehingga kaki menjadi bengkak. Beberapa cara seperti mempertahankan berat badan, olahraga secara teratur, melindungi kulit dari infeksi dengan tetap lembab dan menggunakan tabir surya dapat mengatasi bengkak akibat kelenjar getah bening pada kaki.

Kemoterapi bekerja pada seluruh sistem tubuh sehingga banyak memberikan efek samping, meski tidak semua pasien mengalaminya. Area utama yang terkena kemoterapi adalah sel yang cepat berganti seperti folikel rambut, sumsum tulang dan sistem pencernaan. Akibatnya, pasien dapat mengalami gangguan indera perasa, mual, penurunan kadar sel darah putih dan kerontokan rambut diseluruh tubuh.

 

Apakah saya dapat hamil setelah selesai pengobatan kanker serviks?

Terapi kanker dapat mempengaruhi fertilitas seseorang. Kemoterapi dapat mempengaruhi ovarium atau indung telur dan hormon esterogen sehingga menghambat proses ovulasi. Meski terkadang bersifat sementara dan akan kembali setelah pengobatan selesai. Karena mempengaruhi hormon, tidak hanya proses ovulasi, namun metabolisme tubuh juga akan terganggu seperti haid tidak teratur dan keringat malam. Pada wanita usia pra menopause, kemoterapi dapat menyebabkan infertilitas. Hal ini juga berlaku pada terapi hormonal. Sampaikan keinginan anda untuk hamil setelah selesai pengobatan kepada dokter, agar penanganan kanker tidak menimbulkan infertilitas. Selengkapnya mengenai kehamilan dan kanker serviks dapat anda baca  .

 

Apakah ada terapi lain selain pengobatan kanker dengan obat?

Selain menangani kanker, pasien kanker memerlukan dukungan dan perawatan tambahan yang dapat menunjang hidup pasien. Perawatan ini dapat mengurangi gejala kanker maupun efek samping terapi. Perawatan paliatif merupakan perawatan pada penyakit lanjur untuk mengelola gejala dan perawatan terkait kenyamanan pasien. Perawatan dapat meliputi penanganan nyeri, gejala seperti perdarahan atau keputihan, masalah gizi dan luka baring.

Rehabilitasi dan dukungan sosial juga perlu diberikan pada pasien. Dukungan psikologis dapat mengurangi rasa takut dan khawatir pasien serta rasa stress akan pengobatan yang dijalani. Pasien memerlukan dukungan sejak ditegakan diagnosis, hingga selama menjalani terapi.

 

Apakah kanker ini diturunkan?

Penyebab kanker serviks adalah infeksi HPV. Sehingga penyakit ini tidak diturunkan, namun bergantung pada infeksi dan imunitas seseorang. Apabila khawatir dengan keluarga dan anak akan mengalami hal serupa, lakukan program pencegahan kanker serviks. Pada anak yang belum aktif secara seksual, lakukan  . Untuk wanita yang sudah aktif secara seksual, lakukan   secara rutin.

 

Apa yang terjadi setelah pengobatan selesai?

Setelah pengobatan selesai, serangkaian pemeriksaan secara berkala akan dilakukan untuk memantau kekambuhan sel kanker. Pemeriksaan seperti CT atau PET Scan akan dilakukan setiap 3-6 bulan selama 2 tahun pertama. Lalu pemeriksaan dilakukan 6-12 bulan sekali pada 3 tahun berikutnya dan setahun sekali pada 5 tahun berikutnya. Apabila terjadi kekambuhan, maka pengobatan akan dilakukan kembali berdasarkan kekambuhan yang dialami. Setelah pengobatan selesai, jaga kesehatan fisik dan mental, istirahat yang cukup, makan makanan bergizi dan jangan paksakan diri untuk melakukan aktivitas berlebihan. Pulihkan diri secara perlahan, terapkan pola hidup sehat.

 

Referensi

  1. ESMO. Apa Itu Kanker Serviks? Kami Akan Menjelaskannya Kepada Anda. ISHMO.2018
  2. Basu P, Meheus F, Chami Y, Hariprasad R, Zhao F, Sankaranarayanan R. Management algorithms for cervical cancer screening and precancer treatment for resource-limited settings. Int J Gynecol Obstet 2017; 138 (Suppl. 1):26–32

Ditulis oleh: dr. Fadhilla Chrisanti

Disunting oleh: dr. Daniel Rizky, SpPD-KHOM

 

Artikel Terkait

 

Apa pasien kanker sevriks bisa hamil

 

Serba-serbi vaksin HPV

 

Perbedaan IVA dan pap smear