Berita

←   Kembali ke daftar berita Mitos dan Fakta Kanker Prostat

Mitos dan Fakta Kanker Prostat

Mitos dan Fakta Kanker Prostat

 

Bulan September adalah bulan kesadaran kanker prostat sedunia. Sayangnya, belum banyak orang yang membicarakan tentang kanker prostat, sebagaimana masih banyak orang yang menganggap kesehatan pria merupakan hal yang tabu untuk didiskusikan. Padahal, penting bagi setiap individu untuk mengedukasi dirinya terhadap penyakit yang mengenai 1 dari 8 pria ini. Yuk kita pelajari beberapa mitos dan fakta tentang kanker prostat!

 

  1. Mitos: Kanker prostat hanya mengenai pria usia tua

 

Fakta: Walaupun risiko seseorang memiliki kanker prostat semakin meningkat seiring dengan usia serta saat ini kanker prostat paling banyak ditemukan pada pria usia 66 tahun, kanker prostat juga bisa terjadi pada pria pada usia 40-an loh! Bahkan, studi terkini menunjukkan bahwa 10% pria yang didiagnosis kanker prostat di Amerika Serikat berusia di bawah 55 tahun.

 

Selain itu, usia bukan satu-satunya faktor risiko kanker prostat. Beberapa hal lainnya yang dapat meningkatkan risiko seseorang memiliki kanker prostat adalah ras, riwayat keluarga, dan gaya hidup. 

 

  • Mitos: Jika saya tidak memiliki gejala, maka saya tidak memiliki kanker prostat

 

Fakta: Pada stadium awal, kanker prostat biasanya tidak menimbulkan gejala. Ketika kanker prostat sudah menunjukkan gejala, biasanya kanker sudah berkembang ke stadium advanced

 

Pada stadium awal, angka keberlangsungan hidup selama 5 tahun ke depan mencapai > 99% loh! Sedangkan, pada stadium advanced, angka keberlangsungan hidup selama 5 tahun ke depan hanya 31%. Untuk itu, justru penting untuk melakukan deteksi dini ketika seseorang belum memiliki gejala. Deteksi dini disarankan sejak pria menginjak usia 45 tahun ya!

 

  • Mitos: Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk mencegah kanker prostat

 

Fakta: Ada banyak sekali langkah pencegahan yang bisa Kawan Sehat lakukan untuk mencegah kanker prostat loh! Salah satunya adalah dengan mengubah pola makan. Kurangi makanan lemak trans dan lemak jenuh, tapi fokuslah pada konsumsi lemak sehat seperti asam lemak omega-3 dari kacang-kacangan dan ikan. Sebuah uji coba klinis juga menemukan bahwa kedelai dapat menurunkan level PSA, serta teh hijau dapat menurunkan risiko kanker prostat. Selain itu, memperbanyak variasi sayur dan buah dalam diet Kawan Sehat juga akan menurunkan risiko kanker prostat!



  • Mitos: Jika saya menjalani terapi untuk kanker prostat, pasti saya tidak dapat berhubungan seksual dengan pasangan lagi.

 

Fakta: Hampir semua pria mengalami disfungsi erektil pada beberapa bulan setelah terapi kanker prostat. Namun, dalam jangka waktu satu tahun, hampir semua pria dengan saraf yang intak akan mengalami perkembangan yang substansial. 

 

Studi menunjukkan setelah operasi prostatektomi, sekitar 40-50% pria akan memiliki fungsi erektilnya kembali seperti sebelum dilakukan operasi, setelah 1 tahun. Tentunya, hal ini akan bervariasi dan bergantung pada proses operasi yang dilakukan.



Sumber:

  1. Erectile Dysfunction After Prostate Cancer [Internet]. John Hopkins Medicine. [cited 20 September 2022]. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/prostate-cancer/erectile-dysfunction-after-prostate-cancer
  2. Survival Rates for Prostate Cancer [Internet]. American Cancer Society. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/detection-diagnosis-staging/survival-rates.html
  3. Gupta S, Gupta A, Saini A, Majumder K, Sinha K, Chahal A. Prostate Cancer: How Young is too Young?. Current Urology. 2017;9(4):212-215.
  4. Prostate Cancer Foundation. n.d. What is BPH?. [online] Available at: https://www.pcf.org/about-prostate-cancer/what-is-prostate-cancer/prostate-gland/what-is-bph/
  5. Prostate Cancer: Prevention [Internet]. John Hopkins Medicine. [cited 20 September 2022]. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/prostate-cancer/prostate-cancer-prevention

Ditulis oleh: dr. Salma Suka Kyana Nareswari, MRes

Disunting oleh: dr. Daniel Rizky, SpPD-KHOM