Berita

←   Kembali ke daftar berita Tips Menjaga Nutrisi Selama Pengobatan Kanker Usus Besar

Tips Menjaga Nutrisi Selama Pengobatan Kanker Usus Besar

Kanker usus besar atau kanker kolorektal merupakan keganasan yang banyak ditemukan dengan angka kematian tinggi. Kanker ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, selain dipengaruhi oleh genetik. Kanker usus besar cukup terkait dengan asupan yang kita makan. Apabila sudah terdiagnosis kanker usus besar, makanan apa yang harus dihindari dan asupan nutrisi apa yang kita perlukan?

Tidak hanya terpaku pada kanker usus besar, mayoritas pasien kanker akan mengalami efek pada status gizinya akibat pengobatan yang menyebabkan mual dan muntah. Malnutrisi pada pasien kanker menyebabkan tubuh menjadi lemas, mengurangi daya tahan tubuh, mempengaruhi masa pemulihan menjadi lebih panjang dan toleransi tubuh terhadap efek samping menjadi lebih rendah sehingga berisiko tinggi mengalami efek samping dari terapi yang diberikan. Status gizi yang buruk menyebabkan angka kesakitan dan komplikasi pasca-operasi. Malnutrisi juga akan mengurangi kualitas hidup dan menyebabkan hingga 10%-20% kematian pada pasien kanker. Oleh sebab itu, pasien perlu memperhatikan asupan gizi selama terapi maupun setelah selesai terapi untuk mempertahankan daya tahan tubuh dan mencegah kekambuhan.

Rekomendasi dari European Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ESPEN), pasien kanker memerlukan asupan sebesar 25–30 kcal/kg berat badan saat ini per hari. Pasien malnutrisi perlu meningkatkan asupan dari rekomendasi harian sedangkan pasien obesitas perlu mengurangi asupan dari rekomendasi harian. Sedangkan menurut penelitian, pasien kanker lebih sering hanya mengonsumsi asupan < 25 kcal/kgBB, hal ini menyebabkan banyak pasien mengalami malnutrisi. Adanya gangguan makan (mual dan muntah), serta gangguan penyerapan tubuh, pasien akan dengan cepat mengalami malnutrisi.

Prinsip pemberian nutrisi selama terapi kanker usus besar adalah asupan yang rendah lemak, mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung laktosa dan gluten serta pemberian suplemen nutrisi tambahan bila diperlukan. Pasien kanker banyak kehilangan mikronutrien seperti vitamin D, selenium, zink, zat besi, vitamin C, vitamin E, asam folat dan elektrolit, sehingga mungkin memerlukan tambahan suplementasi zat tersebut. Seorang pasien kanker harus mengkonsumsi >1 g protein per kilogram berat badan per hari. Asupan energi non-protein rata-rata diusahakan untuk mencapai 130 kkal/1 g nitrogen. Pada pasien yang sedang melakukan kemoterapi, dapat diberikan penambahan suplementasi omega 3 atau minyak ikan untuk meningkatkan nafsu makan. Pasien yang menjalani radioterapi perlu beberapa diet khusus. Diet berupa makanan yang mudah dicerna, dan perlu menghindari makanan berlemak, susu, sayur dan buah mentah, minuman bersoda, serta jus dan rempah karena cukup sulit dicerna. Membatasi asupan serat dan laktosa diperlukan untuk mengurangi efek samping seperti terjadinya sakit perut, kembung dan diare. Disarankan untuk meningkatkan asupan protein yang bisa didapatkan dari keju rendah lemak, yogurt, daging ayam tanpa lemak, ikan laut, dan telur dalam jumlah sedikit. Meningkatkan asupan sayur yang diberikan dalam bentuk yang mudah dimakan pasien yaitu dimasak terlebih dahulu dan dapat pula dihaluskan. Produk yang sangat asin, diasamkan, diasap, digoreng, daging merah, alkohol, dan kopi perlu dihindari. Gangguan insulin merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker usus besar. Mengonsumsi makanan tinggi gula yang menyebabkan peningkatan insulin tubuh juga dapat meningkatkan angka kematian pasien kanker usus besar. Diet dengan fokus menurunkan kadar insulin dapat bermanfaat untuk pasien kanker usus besar.

Pada pasien yang melakukan operasi, perlu beberapa intervensi tambahan untuk mengembalikan fungsi usus. Untuk mengurangi gangguan pencernaan, penting untuk membalikkan mikrobiota usus normal, terutama yang memiliki efek positif pada fungsi saluran pencernaan. Hal ini menjadi cukup penting, mengingat usus dan mikroba baiknya merupakan pertahanan pertama tubuh melawan patogen dan racun yang dimakan bersama makanan. Apabila gangguan mikroba usus berlangsung lama, dapat menyebabkan peningkatan risiko peradangan kronis, peningkatan risiko infeksi dan kembung serta gangguan peristaltik usus. Untuk mendukung pertumbuhan mikroba usus, sebaiknya pasien mengonsumsi prebiotik yang secara selektif mendukung pertumbuhan dan aktivitas bakteri tertentu, terutama Bifidobacterium dan Lactobacillus. Prebiotik, dalam proses fermentasi laktat yang dilakukan oleh bakteri, menjadi sumber energi mikroba, di mana senyawa seperti asam laktat, hidrogen, metana, dan karbon dioksida juga terbentuk.

Beberapa pasien memerlukan intervensi gizi (nutrisi enteral atau parenteral) selama, sebelum, atau setelah pengobatan. Menurut rekomendasi ESPEN, intervensi nutrisi direkomendasikan pada pasien dengan asupan makanan yang dibatasi (kurang dari 60% dari kebutuhan harian) selama lebih dari 10 hari, dengan status gizi normal namun tidak makan selama 7 hari, serta pasien yang memenuhi kriteria malnutrisi pada saat pengobatan. Penilaian menyeluruh terhadap kondisi klinis pasien dilengkapi dengan riwayat nutrisi (perubahan kebiasaan makan, gejala intoleransi: kurang nafsu makan, mual, muntah, diare, konstipasi, dll), analisis keadaan dan derajat malnutrisi, rencana perawatan termasuk terapi nutrisi, jenis pengobatan (pembedahan, kemoterapi, radioterapi) menjadi dasar pemilihan talaksana. Pasien pasca operasi setidaknya dapat memenuhi 60% dari kebutuhan asupannya, selama pasien masih dapat makan minum melalui oral.

Malnutrisi berdampak negatif pada kualitas hidup dan meningkatkan risiko komplikasi dari terapi, dan diperkirakan hingga 10-20% pasien kanker meninggal karena akibat malnutrisi daripada akibat kanker itu sendiri. Konsumsi makanan gizi seimbang dan olahraga dapat menurunkan risiko kekambuhan kanker.

Referensi

  1. Lewandowska A, et all. Nutritional Treatment of Patients with Colorectal Cancer. Int J Environ Res Public Health. 2022;19(11):6881
  2. Balhareth, A., Aldossary, M.Y. & McNamara, D. Impact of physical activity and diet on colorectal cancer survivors’ quality of life: a systematic review. World J Surg Onc.2019;17:153
  3. Tabung, F.K., Noonan, A., Lee, D.H. et al.Post-diagnosis dietary insulinemic potential and survival outcomes among colorectal cancer patients. BMC Cancer.2020;20:817

 

Ditulis oleh: dr. Fadhilla Chrisanti

Disunting oleh: dr. Daniel Rizky, SpPD-KHOM