Berita

←   Kembali ke daftar berita Jika Anak Terdiagnosis Kanker, Apa Yang Perlu Saya Tanyakan Pada Dokter?

Jika Anak Terdiagnosis Kanker, Apa Yang Perlu Saya Tanyakan Pada Dokter?

Penyakit kanker tidak hanya menyerang orang lanjut usia, namun dapat menyerang pada anak-anak. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi kanker pada anak umur 0-14 tahun mencapai 16.291 kasus tiap tahunnya, dengan 50% kasus datang ke fasilitas kesehatan saat sudah mencapai stadium lanjut. Padahal, target terapi pada kanker anak adalah mencapai kesembuhan dari kanker, bukan hanya memperpanjang usia pasien. Jika anak sudah terdiagnosis kanker, apa saja yang perlu ditanyakan pada dokter?

 

Seberapa parah kanker yang anak derita?

Tingkat keparahan kanker bergantung pada kondisi seberapa luas kanker menginvasi. Tingkat keparahan ini dikenal sebagai stadium. Stadium kanker ditentukan dengan menentukan derajat keparahan organ yang terkena kanker serta apakah kanker sudah menyebar ke organ lain (metastasis). Terapi yang akan diberikan juga bergantung pada keparahan kanker. Seperti pada karsinoma nasofaring dimana semua stadium akan dilakukan radioterapi, sedangkan pada kasus neuroblastoma, tidak semua akan dilakukan pembedahan. Pada pasien neuroblastoma dengan tumor kecil, hanya akan dilakukan observasi. Maka penting bagi orangtua untuk menanyakan stadium kanker pada anak untuk mempertimbangkan terapi yang akan diberikan, mengingat target terapi kanker anak adalah sembuh dari kanker bukan hanya memperpanjang usia anak.

 

Pengobatan apa yang akan anak saya jalankan?

Tatalaksana yang diberikan bergantung pada stadium yang diderita. Tidak semua kanker pada anak diberikan kemoterapi. Terapi diberikan bergantung jenis dan stadium kanker. Pada kasus leukimia, anak dapat diberi transplantasi stem sel, sedangkan pada retinoblastoma berupa enukleasi atau pengangkatan bola mata. Terapi suportif berdasarkan gejala dan keluhan yang anak alami juga akan berbeda, termasuk mempertimbangkan aktivitas anak tersebut.




Adakah efek samping ataupun komplikasi dari pengobatan kanker?

Beberapa kanker memiliki komplikasi akibat keadaan yang disebabkan oleh kanker tersebut. Seperti pada kasus leukimia dan limfoma dimana imunitas anak akan menurun akibat kelainan sistem imun, sehingga anak mungkin mengalami infeksi sekunder. Gangguan imun juga merupakan komplikasi yang mungkin diderita setelah menjalankan kemoterapi, dimana obat akan menyerang seluruh sel, baik sel kanker maupun sel sehat, sehingga tubuh akan mengalami beberapa gejala lain akibat obat tersebut. Komplikasi terapi juga mungkin didapatkan pada pasien retinoblastoma yang menjalani enukleasi dimana pengelihatannya akan menghilang akibat pengangkatan bola mata. Selain itu, seluruh kanker masih dapat mengalami rekurensi, maka perlu pemeriksaan berkala meskipun pengobatan telah selesai.

 

Apakah kanker diturunkan?

Kanker pada anak kebanyakan disebabkan genetika, baik mutasi genetik maupun riwayat keluarga dengan kanker. Perlu diwaspadai pada anggota keluarga lain untuk lebih waspada dan memeriksakan diri secara berkala.

 

Apa yang terjadi setelah pengobatan selesai?

Setelah pengobatan selesai, serangkaian pemeriksaan secara berkala akan dilakukan untuk memantau kekambuhan sel kanker. Pemeriksaan bergantung pada jenis kanker yg diderita sebelumnya dan dapat dilakukan setiap 3-6 bulan selama 2 tahun pertama. Lalu pemeriksaan dilakukan 6-12 bulan sekali pada 3 tahun berikutnya dan setahun sekali pada 5 tahun berikutnya. Apabila terjadi kekambuhan, maka pengobatan akan dilakukan kembali berdasarkan kekambuhan yang dialami. Setelah pengobatan selesai, jaga kesehatan fisik, istirahat yang cukup, makan makanan bergizi dan jangan paksakan diri untuk melakukan aktivitas berlebihan. Jaga anak untuk dapat terapkan pola hidup sehat, sehingga anak pun terbebas dari risiko kanker lainnya dikemudian hari.






Referensi

  1. Centers for Disease Control and Prevention. Questions and Answers About Leukemia. Available from: https://www.cdc.gov/nceh/radiation/phase2/mleukemi.pdf.
  2. Kanski JJ, Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology – 8th Edition A Systematic Approach. Edinburgh: Elsevier; 2016.
  3. Taran SJ, Taran R, Malipatil NB. Pediatric Osteosarcoma: An Updated Review, Indian J Med Paediatr Oncol. 2017;38(1):33-43. doi:10.4103/0971-5851.203513
  4. Mahapatra S, Challagundla KB. Neuroblastoma. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.
  5. Kaseb H, Babiker HM. Cancer, Hodgkin lymphoma. NCBI. 2019. Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499969/
  6. Simo R, Robinson M, Lei M, Sibtain A, Hickey S. Nasopharyngeal carcinoma : united kingdom national multidisciplinary guideline. J Laryngo Otology, 2016. 130(S2): S97-S103.

 

Ditulis oleh: dr. Fadhilla Chrisanti

Disunting oleh: dr. Daniel Rizky, SpPD-KHOM