Menurut WHO, 490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80 % berada di Negara Berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Masih banyak kasus kanker serviks yang banyak terdeteksi saat sudah stadium lanjut. Hal ini diperberat dengan berbagai mitos yang beredar di masyarakat yang menyebabkan penanganan kanker serviks menjadi kurang optimal. Apa saja mitos dan fakta yang beredar mengenai kanker serviks? Dan apakah benar semuanya hanya sebatas mitos?
Struktur dan lokasi serviks berbeda dengan rahim. Serviks atau leher rahim merupakan bagian terbawah dari rahim yang menjadi penghubung rahim dengan vagina. Sedangkan rahim atau uterus merupakan organ reproduksi berbentuk seperti pir terbalik yang menjadi tempat terjadinya perkembangan janin. Penyebab dari kanker rahim dan kanker serviks pun berbeda. Untuk mengetahui mengenai perbedaan serviks dan rahim, sobat sehat dapat membacanya .
Human papillomavirus memiliki banyak tipe yang menyebabkan penyakit dari jinak hingga keganasan. Hanya tipe 16 dan 18 yang menyebabkan kanker serviks, namun tipe lain dapat menginfeksi manusia bergantung pada organ yang diserang, seperti jika masuk kedalam jaringan mukosa seperti kulit yang akan menyebabkan kutil. Apabila HPV sudah menyerang kedalam organ reproduksi pun belum tentu akan menjadi kanker. Apabila sistem imun mampu menangani virus, maka tidak akan terjadi perkembangan sel kanker. Namun dengan adanya infeksi ini, risiko menjadi kanker akan lebih besar.
HPV tidak hanya menyerang serviks. Pria juga dapat terinfeksi HPV yang memicu keganasan seperti kanker anus, tenggorokan ataupun penis.
Kanker serviks dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi dan skrining secara rutin. Pemberian vaksin HPV dilakukan untuk mencegah infeksi HPV. Vaksin ini terutama berguna untuk pencegahan kanker serviks, vulva, vagina, penis, dan anus. Selain itu, dapat mencegah kondiloma akuminata. Vaksin HPV cukup diberikan 2 dosis, dengan masing-masing pemberian 0,5 mL. Dosis kedua diberikan 6‒12 bulan setelah dosis pertama. Vaksin terutama diberikan pada wanita yang belum menikah. Apabila sudah menikah, sebelum diberikan vaksin dapat dilakukan pap smear terlebih dahulu
Untuk skrining kanker serviks, terdapat 2 metode yang sering dilakukan. Tes IVA dan pap smear. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan meneteskan asam asetat (asam cuka) pada permukaan mulut rahim. Teknik ini dinilai terjangkau, mudah, hanya memerlukan alat sederhana, dan hasilnya bisa langsung didapatkan. Sedangkan pap smear merupakan pemeriksaan sampel serviks untuk menilai adakah keganasan di area serviks. American Cancer Society (ACS) merekomendasikan skrining dimulai sejak usia 25 tahun hingga 65 tahun. Pemeriksaan HPV tiap 5 tahun adalah pilihan utama. Bila tidak tersedia, pemeriksaan sitologi seperti Pap smear bisa dilakukan setiap 3 tahun Menurut ACS, wanita berusia >65 tahun dengan riwayat skrining negatif yang adekuat selama 10 tahun terakhir tidak perlu melakukan skrining lagi.
Faktanya, hanya berhubungan dengan satu pasangan tetap dapat berisiko infeksi HPV. Karena keberadaan HPV yang sangat umum, siapa saja bisa terinfeksi.
Penyebab kanker serviks adalah infeksi HPV. Sehingga penyakit ini tidak diturunkan, namun bergantung pada infeksi dan imunitas seseorang.
Tahap awal kanker serviks memang tidak bergejala, maka perlu dilakukan skrining rutin. Karena apabila penyakit ditangani sejak awal dan stadium rendah, angka kesembuhan kanker serviks cukup tinggi. Dengan deteksi dini, angka harapan hidup bahkan mencapai 92% dalam waktu 5 tahun setelah terdiagnosis. Namun, bila kanker serviks terdeteksi setelah berada di stadium lanjut, peluangnya untuk sembuh hanya sekitar 17–20%.
Inilah beberapa mitos dan fakta mengenai kanker serviks. Diharapkan sobat sehat dapat lebih bijak menerima dan mencari kebenaran dari sebuah informasi agar tidak tertipu dengan mitos kesehatan yang tidak benar. Konsultasikan dengan dokter anda apabila ingin melakukan skrining maupun merasa memiliki gejala kanker serviks.
Referensi
Ditulis oleh: dr. Fadhilla Chrisanti
Disunting oleh: dr. Daniel Rizky, SpPD-KHOM