Masih banyak kasus kanker serviks yang banyak terdeteksi saat sudah stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena stadium awal kanker serviks tidak memiliki gejala, sehingga saat sudah bergejala biasanya sudah stadium lanjut. Skrining dan deteksi dini memegang peran penting dalam mendeteksi kanker serviks lebih awal sehingga pengobatan lebih maksimal dan angka kematian bisa menurun. Skrining yang sering dilakukan adalah tes IVA atau inspeksi visual asam asetat. Apabila tes IVA yang dilakukan memiliki hasil positif, langkah apa yang harus dilakukan berikutnya? Apakah sudah pasti menderita kanker serviks?
Tes IVA atau Inspeksi Visual Asam Asetat adalah pemeriksaan pada serviks yang dilakukan dengan cara mengulas asam cuka (asam asetat 3-5%) dan iodium lugol pada permukaan serviks. Pemeriksaan ini relatif cepat, karena hasil dapat langsung terlihat serta bahan pemeriksaan yang digunakan terbilang murah dan mudah didapatkan. Asam asetat akan menyebabkan tampilan serviks berwarna keputihan akibat adanya pertumbuhan pembuluh darah pada serviks yang memiliki lesi kanker. Kekurangan dari pemeriksaan ini, hasil bergantung pada operator pemeriksa (subjektif) dan terkadang memberikan hasil positif palsu pada wanita usia lanjut yang memiliki lesi pada serviksnya. Lesi awal yang terdeteksi pada tes IVA dapat segera diberi penanganan. Karena alat dan pemeriksaan yang sederhana, WHO merekomendasikan untuk melakukan tes IVA pada wilayah yang tidak memiliki fasilitas pemeriksaan sitologi lengkap.
Hasil tes IVA dikatakan positif apabila serviks menunjukan gambaran keputihan setelah dipulas asam asetat. Gambaran keputihan ini menunjukan serviks yang tidak normal akibat adanya ablasi jaringan ataupun pertumbuhan pembuluh darah. Jaringan abnormal ini tidak selalu disebabkan oleh kanker serviks, maka perlu tindakan lanjut apabila ditemukan gambaran abnormal pada serviks saat dilakukan pemeriksaan IVA.
Apa saja yang harus dilakukan ketika ditemukan hasil IVA yang positif? Sebelum melakukan pemeriksaan lain, dokter dapat melakukan pemeriksaan IVA ulang untuk memastikan apakah benar hasilnya positif. Jika benar positif, maka mencari sebab utama dari abnormalitas jaringan serviks merupakan tindakan selanjutnya. Hal yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan untuk melihat serviks secara detail, menggunakan kaca pembesar. Biopsi atau pengambilan sampel jaringan dari setiap area abnormal juga dapat dilakukan selama kolposkopi. Kesulitannya, kolposkopi memerlukan peralatan dan tenaga ahli, sehingga tidak semua fasilitas kesehatan dapat menyediakan pemeriksaan ini. Pasien diposisikan berbaring di meja pemeriksaan dengan posisi litotomi. Kolposkop merupakan alat dengan lensa pembesar sehingga dokter dapat melakukan inspeksi yang lebih akurat bila dibandingkan dengan penggunaan spekulum cocor bebek biasa. Bila ada bagian yang abnormal, dokter dapat melanjutkan pemeriksaan dengan melakukan tindakan biopsi.
Pemeriksaan Kolposkopi
Dalam menentukan sebab adanya abnormalitas pada serviks, biopsi dapat dilakukan. Biopsi adalah pengambilan jaringan untuk kemudian dilakukan pemeriksaan pada tingkat selular. Biopsi dapat menyebabkan rasa nyeri, tidak nyaman, kram dan perdarahan. Biopsi dapat digunakan untuk menegakan diagnosis maupun sebagai terapi pada kelainan kecil. Jaringan yang akan di biopsi dapat diambil pada saat kolposkopi maupun dilakukan kuretase.
Pemeriksaan Biopsi Serviks
Selain menentukan penyebab abnormalitas dari hasil tes IVA yang positif, WHO juga membuat alur screening-therapy, dimana setelah didapatkan adanya hasil IVA positif, dapat segera dilakukan terapi. Untunk meningkatkan efektivitas kunjungan pasien ke fasilitas esehatan, terapi dapat langsung diberikan setelah ada hasil IVA positif. Penanganan pada saat kunjungan yang bersamaan dengan pemeriksaan dapat menurunkan angka kanker serviks hingga 26%. Kondisi dimana hasil IVA positif dapat langsung diberikan terapi adalah keadaan dimana lesi abnormal berada pada serviks bagian luar (ektoserviks) dan lesi abnormal tidak lebih dari 75% dari serviks, serta tidak dicurigai kearah kanker ganas. Terapi yang biasa dilakukan adalah terapi ablasi, salah satunya adalah krioterapi. Krioterapi adalah penanganan lesi kanker dengan menyemprotkan cairan nitrogen (N2O) ke area abnormal. Efektivitas krioterapi pada terapi pasien dengan lesi pra kanker serviks mencapai 90%. Krioterapi juga mudah dilakukan dan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas.
Penanganan lanjutan setelah pemeriksaan IVA positif
Referensi
Ditulis oleh: dr. Fadhilla Chrisanti
Disunting oleh: dr. Daniel Rizky, SpPD-KHOM