Kanker paru merupakan penyakit keganasan dengan angka kematian dan kesakitan yang terus meningkat. Diperkirakan terdapat 2 juta penderita kanker paru dengan 1.8 juta kematian. Kanker paru berperan menjadi penyebab dari 20% kematian yang disebabkan oleh kanker. Merokok, polusi, paparan zat kimia, riwayat asma, serta riwayat infeksi paru menjadi faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker paru. Melihat banyaknya faktor risiko eksternal yang meningkatkan risiko kanker paru, sebetulnya kanker paru dapat dicegah, lho. Perlu kita ketahui bagaimana cara mencegah kanker paru dengan mengendalikan faktor risiko tersebut. Yuk kita simak, apa saja tips mencegah kanker paru.
Kanker paru-paru sangat terkait dengan pajanan lingkungan & pekerjaan. Faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker paru dapat berupa fisik (radiasi radon atau ultraviolet (UV)), kimia (asbes, arsenik, nikel, kobalt, dll.) dan polutan lain yang ditemukan dalam emisi industri, asap rumah tangga dan asap rokok. Pajanan pada faktor risiko ini biasanya banyak terjadi di lingkungan kerja. Pada pekerja yang memiliki pajanan pekerjaan dapat meningkatkan risiko kanker pada keturunannya. Sebuah penelitian dari WHO menemukan bahwa setidaknya 1,7 juta kematian yang terjadi akibat kanker setiap tahunnya dapat dicegah melalui lingkungan kerja dan tempat tinggal yang sehat.
Didalam beberapa penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa penggunaan bahan kimia industri pada lingkungan kerja dapat meningkatkan risiko kanker paru. Paparan bahan kimia yang menempel pada kulit maupun dihirup para pekerja dapat dikaitkan dengan insidensi kanker paru. Zat kimia tersebut dapat berupa pestisida, asbestos, arang, dan lain-lain. Selain zat kimia dari tempat kerja, merokok menjadi faktor risiko yang banyak ditemui pada pasien kanker paru. Penelitian menunjukan bahwa zat karsinogenik didalam rokok bereaksi dengan DNA tubuh yang memicu perkebangan sel kanker apabila terpapar dalam jangka panjang. Paparan ini tidak hanya pada perokok aktif, namun juga mempengaruhi para perokok pasif, terutama anak-anak.
Melihat berbagai faktor risiko dari eksternal yang dapat dikontrol, kanker paru dapat dicegah dengan mengontrol paparan lingkungan terhadap tubuh. Pencegahan primer yang dapat dilakukan meliputi eliminasi atau pengurangan faktor risiko pada populasi yang rentan dan memberikan perlindungan khusus pada kelompok tersebut. Berbagai studi menunjukan bahwa merokok berhubungan dengan tingginya insiden kanker paru-paru. Perlu dilakukan modifikasi perilaku untuk tidak merokok, sehingga dapat mencegah insidensi kanker paru. Meskipun perlu diperhatikan faktor lain pada para penderita kanker yang tidak merokok. Hal ini berkaitan dengan faktor risiko terkait lingkungan dan pekerjaan.
Banyaknya faktor yang disebabkan oleh lingkungan pekerjaan, maka perlu dilakukan kerjasama dari berbagai sektoral dalam mencegah dan menangani kanker paru. Intervensi berbasis populasi atau komunitas pada sektor kesehatan dan non-kesehatan, seperti lingkungan, pekerjaan, perumahan, industri dan perdagangan, dan oleh organisasi masyarakat, perusahaan swasta diperlukan. Pemangku kepentingan perlu memperhatikan keselamatan kerja para pekerja dengan menerapkan aturan terkait kerja dan penyediaan alat pelindung diri. Peran serikat pekerja juga penting untuk melaporkan masalah kesehatan pekerja untuk mewujudkan lingkungan industri yang lebih aman. Koordinasi dari berbagai bidang multisektoral penting dilakukan sebagai pencegahan primer kanker paru. Selain aturan yang diterapkan dalam melindungi para pekerja, untuk mencegah paparan para pekerja dapat menggunakan alat pelindung diri. Alat pelindung diri yang diperlukan terutama alat pelindung diri saluran napas untuk mengurangi pajanan zat kimia inhalasi. Alat pelindung diri yang dapat digunakan berupa masker. Selain alat pelindung diri, perlu dilakukan kontrol kadar pajanan bahan kimia agar tidak sampai mencapai batas bahaya.
Edukasi menjadi peran penting dalam pencegahan suatu penyakit. Dengan adanya edukasi dan informasi terkait penyakit, masyarakat akan semakin paham dan sadar dengan bahayanya penyakit tersebut. Harapannya, dapat terjadi modifikasi perilaku sehingga paparan terhadap faktor risiko yg menyebabkan kanker paru dapat berkurang.
Referensi:
Ditulis oleh: dr. Fadhilla Chrisanti
Disunting oleh: dr. Daniel Rizky, SpPD-KHOM