Berita

←   Kembali ke daftar berita Apakah Terkena COVID-19 Meningkatkan Risiko Kanker Paru-Paru?

Apakah Terkena COVID-19 Meningkatkan Risiko Kanker Paru-Paru?

Kanker paru merupakan penyakit keganasan dengan angka kematian dan kesakitan yang terus meningkat. Diperkirakan terdapat 2 juta penderita kanker paru dengan 1.8 juta kematian. Kanker paru berperan menjadi penyebab dari 20% kematian yang disebabkan oleh kanker, menjadi kanker kedua terbanyak pada pria maupun Wanita (setelah kanker prostat dan kanker payudara). Merokok, polusi, riwayat asma, serta riwayat infeksi paru seperti bronkitis, pneumonia dan tuberkulosis menjadi faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker paru. 

Dengan melonjaknya kasus COVID-19 di seluruh dunia, penelitian dan pengetahuan mengenai penyakit ini semakin berkembang pesat. Meskipun sebagian besar pasien COVID-19 pulih dalam beberapa minggu setelah timbulnya gejala, beberapa mengalami gejala menetap yang berlangsung selama berbulan-bulan, atau dikenal dengan istilah Long COVID-19. Gejala yang biasa muncul pada Long COVID-19, dapat berupa gangguan kardiovaskular, paru, dan neurologis. Long COVID-19 juga menimbulkan kekhawatiran tentang efek jangka panjang COVID-19, termasuk risiko munculnya keganasan dikemudian hari.



Infeksi dan Hipoksia Jangka Panjang

Kekurangan oksigen pada jaringan atau hipoksia dapat muncul pada peradangan/inflamasi yang disebabkan oleh virus. Adanya hipoksia mengakibatkan jaringan mengalami stress oksidatif sehingga berisiko menimbulkan keganasan. Pneumonia, tuberkulosis, penyakit paru obstruktif dan COVID-19 merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang apabila berlanjut dalam jangka panjang dapat menyebabkan inflamasi menetap pada jaringan paru yang kelak menimbulkan jaringan parut. Hal ini akan meningkatkan risiko pertumbuhan dan perkembangan sel kanker. 

 

Penurunan Limfosit Meningkatkan Risiko Kanker

Salah satu gejala pada COVID-19 adalah penurunan kadar limfosit, dimana limfosit pada pasien COVID-19 mengalami kematian sel. Limfosit, sebagai salah satu sistem pertahanan tubuh juga berfungsi dalam mendeteksi sel-sel yang abnormal, termasuk sel kanker. Sehingga, dengan adanya penurunan kadar limfosit menyebabkan sel kanker dapat ‘lolos’ dari pemantauan sistem imun.

 

Kanker jarang disebabkan oleh satu penyebab saja. Kanker dapat berkembang dalam jangka waktu lama, akibat berbagai sebab karsinogenik. COVID-19 mungkin dapat membuat tubuh mengaktivasi dan mempercepat perkembangan sel kanker. Dapat disimpulkan bahwa diduga, infeksi COVID-19 dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker paru dikemudian hari akibat adanya infeksi kronis dan penurunan sistem imun. Kembali lagi, kanker merupakan penyakit dengan perjalanan dan proses yang panjang, sehingga butuh penelitian lebih dalam untuk memastikan seberapa besar risiko munculnya kanker paru yang disebabkan oleh infeksi COVID-19. 

 

Sumber:

  1. Thandra KC, Barsouk A, Saginala K, Aluru JS, Barsouk A. Epidemiology of lung cancer. Contemp Oncol (Pozn). 2021;25(1):45-52.
  2. Saini G, Aneja R. Cancer as a prospective sequela of long COVID-19. BioEssays. 2021;43:2000331
  3. Tao SL, Wang XM, Feng YG, Kang PM, Li QY, Sun TY, et all. Is the presence of lung injury in COVID-19 an independent risk factor for secondary lung cancer? Medical Hypotheses. 2020;143:110074

 

Ditulis oleh: dr. Fadhilla Chrisanti

Disunting oleh: dr. Daniel Rizky, SpPD-KHOM